Skip to main content

Ingatan Filsafat: Cinta (Platonic Love)




Ingatan Filsafat: Cinta (Platonic Love)
Oleh: FF

Maafkan saya karena telah lama absen untuk menulis hasil ingatan belajar filsafat ini. Bagian penting, kemudian menjadi salah satu alasan kenapa selalu membaca buku ialah misteri cinta. Membaca dan belajar sedikit tentang Plato membuat diri ini seperti menaiki bianglala, naik-turun.
Sebenernya ada yang tau ga sih Cinta pada definisi itu apa? Kalo kata Gibran ketika kau ucapkan itu kau malah semakin meleleh. Begitu juga Eric Fromm mengatakan cinta itu tidak bisa dijelaskan oleh teori akal manusia secara definisi akar. Sebab hal ini adalah pengalaman subyektif manusia. Anehnya semakin manusia menjelaskan cinta, maka semakin tidak masuk akal dan melesat dari definisi cinta itu sendiri. Ra mashok blas!

Akan tetapi Fromm mengatakan meski cinta tidak bisa dijelaskan, tetapi gejala-gejala yang hadir pada manusia yang jatuh cinta itu dapat diprediksi. Ya begitulah anehnya cinta, abstrak tapi semua orang suka.

Oke tadi pengantar dikit, Plato mengungkapkan ada dua hal dasar kondisi/fase cinta manusia yaitu jasmaniah ( mirip Aphrodite Pandemus) dan ilahiyah (Mirip Platonic Love). Kita manusia tau ga sih cinta itu berawal dari "kebaikan" dan kita maruk/serakah akan hal tsb? Kita berharap dengan mendapatkan kebaikan maka hidup akan jauh dari rasa sakit, jadi semakin banyak kita memiliki makin berkurang kesakitan hidup.
Itu naluriah dasar manusia cinta itu sama halnya mengejar kebaikan dan mengalaminya. Ketika kita jatuh hati dengan lawan jenis pasti kita mencari seseorang yang bisa mengisi kekosongan potensi aktual pribadi kita, dengan cara saling mengisi dan merasakan penuh. Oh ya ini Aristoteles yang ngomong. Dia memandang setiap lawan jenis saat mencari kekasih pasti mencari pribadi yang berbeda dari dirinya. Pribadi yang mengisu potensi dirinya sendiri.

Nah dalam mengalami cinta kondisi jiwa juga harus disiplinkan ibarat gambar lukisan kuda-kuda berkaitan tentang cinta. Manusia punya hal ini dan pernah di fase ini baik naik level atau turun level. Epithomia melambangkan perut atau nafsu nafsu kecil, karena berkaitan dengan pemenuhan ego jasmaniah, Thumos ini adalah semacam bentuk ego penghormatan, hasrat keinginan, dan harga diri.ya dia hadir di dada/kuda putih ini yang disebut harkat martabat. Terakhir dan hampir kelupaan, ada juga logistikon merupakan penggunaan akal yang faktual yang bijaksana, kecintaan kepada pengetahuan. Terakhir yang meliputi semua, Eros melambangkan tubuh/sayap. Di mana sebagai penggeraknya cinta semakin terbang tinggi bahkan ke nilai ketuhanan.

Jadi definisi cinta itu hanya kita yang memiliki. Boleh dokter mengatakan cinta itu adalah obat untuk kebahagiaan, bagi bangsawan cinta adalah penghormatan dan harga diri, bagi bangsawan cinta adalah bagaimana kita menemukan patahan cinta untuk menjadi utuh. Maka cinta adalah segala kebaikan di mana kebaikan itu merupakan sebuah harmoni pas dari satu hubungan kepada semua unsur kehidupan. Ibarat puzzle yang kita susun.

Orang yang mengalami cinta pasti akan merasakan suatu kegilaan, kegilaan di sini bukan jasmani. Kegilaan ketuhanan yaitu menjadi sesuatu kenormalan baru, di mana dia memiliki potensi aktual lebih, terlihat berbeda dari lingkungan dan perubahan pada lingkungan sekitar, cintanya menyebar secara horisontal. Mungkin kita pernah merasa, atau melihat orang yang seperti itu. Tahapan fase cinta akhir yaitu Platonic Love, di mana cinta bukan lagi bentuk jasmaniah tapi lebih ke subtansi cinta itu sendiri (jiwa). Not "form" but "matter". Ujung-ujungnya cinta ini lebih penting daripada obyek orang yang dicintai. Ia lebih fokus bagaimana cinta di dalam dirinya bisa berkembang, dan menyebar secara horisontal. Bahkan dia tidak berharap penerimaan cinta dari obyek yang disukainya tersebut. Bahkan ada anekdot, lebih enak mencintai seseorang tanpa memiliki karena ga akan takut kehilangan dan ketakutan berubahnya obyek yang dicintai.


Tabik.
Terimakasih.

Comments

Popular posts from this blog

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Film: Yowis Ben 2 (2019)

Yowis Ben 2 Dir: Fajar Nugros, Bayu Skak Film ini akhirnya berhasil mendapatkan sekuelnya setelah berhasil menkapalkan penonton hingga 100ribu-an dan memenangkan penghargaan di Festival Film Bandung. Kelanjutan dari Yowes Band pada lulus dari sekolah yang membuat para personel hampir bingung dengan masa depannya. Hingga akhirnya, Bayu dkk berniat untuk membesarkan bandnya dalam skala Nasional. Mereka bertemu dengan Cak Jon seorang Manajer (yang katanya) bisa membuat Yowes Band tambah terkenal. Mereka pun berniat ke Bandung dan 70% film ini berjalan dramanya di Bandung. Yowis Ben 2 sebenarnya memiliki potensi besar dalam menggali nilai kreativitas secara kultur sehingga film ini memiliki wacana yang jelas kepada penonton, apalagi dengan konsep berbahasa daerah. Sangat dibilang langka agar diterima oleh banyak orang. Namun penyakit sekuel film Indonesia masih di situ-situ saja, ya mungkin karena industri komersial yang sangat menomorsatukan laba. Untuk ukuran naratif cukup menghibur d