Skip to main content

Semayam Cinta




Bias, sebuah sesal dalam roma.

Kota ini sudah bukan menjadi kita,

atau tentang kata-kata dalam kisah,

Berpikir menjauh dari ragamu adalah satu sebab aku berlari terjerumus hempas ke timur,

namun aku hanyalah debu yang tertiup oleh kasmaran cinta abadi,

Merindukanmu adalah kefanaan,

Mencintaimu adalah keabadian.

Malam enggan berbisik, hanya malaikat yang turun dengan rintik hujan,

Mengabarkan inilah janji hujan pada pecinta,

biar ku pahat dalam monumen keabadian,

tentang manusia dan insan lainnnya.

Pada akhirnya daku hanyalah kapas yang dihempas dan lepas pada alga yang menyala,

Dinda, kau bersahajalah, beranak pinak, dan mati dalam cinta yang kaumiliki sendiri.

Pada nasib takdir biar ku pikul dalam riang, karena kita sering bercumbu dan bercinta dalam khayal,

Cinta dimiliki bagi penikmatnya bukan untuk saling memiliki dalam keabadian.
Sampai jumpa dalam semayam doa selanjutnya.

20-04-18

Comments

  1. Aku suka puisinya.. �� walaupun ada bagian yang bikin aku ketawa

    ReplyDelete
  2. Saat sepi menyapaku
    Saat itu aku sadar
    Aku seorang introvert
    Yang hilang arah
    Jauh menuju kegelapan
    Ajar aku untuk keluar
    Keluar dari zona nyamanku
    Entah apa itu aku nyaman
    Atau aku terlalu pengecut untuk bertemu orang baru

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha...

Bagaimana Jika?

"BAGAIMANA JIKA?" Dari sekian banyak kata, istilah, dan elemen yang membentuk kalimat, makna, rasa, emosi, serta menjadi penghubung dari satu semesta (diri) ke semesta lain. Mungkin aku tak bisa merangkai kalimat yang lebih baik dari apa yang sedang terpikirkan, tapi kuharap kamu mengerti. Ada satu kata magis, menjelma udara malam yang menemani banyak aktivitas dengan tatapan kosong: termenung. Frasa ini menyelinap tanpa permisi ke setiap khayal, lalu membiarkan kita membangun berbagai skenario di dalamnya. Frasa "Bagaimana Jika?" selalu banyak kuterakan dalam pola komunikasi dan khayalku, seolah menggantikan tubuh ini melayang di antara jutaan bintang-bintang. Bagi orang kota, "Bagaimana Jika?" adalah sihir pengusir waktu—saat di dalam kereta, atau sekadar menuntaskan hajat di kamar mandi. Bagi para peneliti, frasa ini menjadi kelinci percobaan dalam menemukan tabir dunia yang belum terungkap, yang kemudian mereka abadikan dalam nama penemuan-...