Aku ingat, ketika Rumi berucap tentang arti cinta.
Seketika
ku lupa aku merasa salah dalam mencintai Tuhanku.
“Cinta
adalah anugerah dari Tuhan yang diberikan kepada setiap manusia agar mereka
bisa tahu bagaimana cara mencintai Tuhannya”
Saya
sadar, melati yang telah lama saya sirami bukanlah kesalahan saat saya
mencintai putihnya.
Perlahan
ada rasa benci yang menelisik setiap tubuh ini.
Mengapa
bunga tersebut tidak seharum layaknya dongeng seribu satu malam?
Saya
pernah bertemu Soe Hok Gie, dan bertanya tentang apa itu cinta?
“Cinta
murni haruslah dibuang ke keranjang sampah”
ucapnya.
Dia
tidak percaya dengan cinta sejati, menurutnya cinta adalah nafsu.
Saya akhirnya menemukan seseorang yang sepemikiran.
Kemudian,
saya tidak menyirami bunga itu kembali.
Kultinya
menjadi kusam, batangnya lemah, harumnya perlahan pudar.
Setega
itu saya, esoknya kutemukan ia kembali putih dalam keadaan segar nan harum,
batangnya pun tegak menantang.
Hujan
deras semalam membuatnya mekar sendirian.
Saya
kembali pada Soe Hok Gie dan bertanya,
Ternyata
dia belum selesai berucap, cinta murni itu ada, akuinya. Bodoh sekali dia!!!
Lanjutnya,
Cinta murni itu memang ada dan dia merasakannya pada Maria, teman kuliahnya.
Dia
bercerita pada saya, sangat naif memang untuk menyangkal cinta murni.
“Aku
ada rasa peduli dengannya, dan aku yakin ini bukan nafsu.” Akuinya.
Saat
itu saya berusaha untuk merawat dan menyirami bunga melati kesayangan.
Sampai
aku tahu bunga memang harum aromanya, meski tak pernah kenal siapa tuan
pecintanya.
2016
Comments
Post a Comment