Skip to main content

Risalah Rembulan Kala di Manggarai: Kejujuran



Pada akhirnya tiba perpisahan yang tiada terduga. Dalam alunan musik yang masih melantunkan Yiruma, masih pekat bayangmu dalam jiwa. Tiada arti dalam mengarungi samudera sendirian, lalu kau adalah yacht yang hadir di tengah pulau kosong. Mengenalmu benar-benar sebuah anugerah yang aku tahu seumur hidupku. Engkau membuat merasakan kasih sayang Tuhan dalam bentuk lain. Sekilas bola matamu yang indah tak pernah aku lupakan seumur hidup. Bila ini adalah elegi maka akan kugubah sedramatis mungkin. 

Sudah terhitung beberapa hari kau tak nampak di indera atau sepenggal pesan maya. Apa kabar dirimu? Bagaimana kabar adikmu yang akan dioperasi hari itu? Apakah engkau sudah lebih tenang dan fokus pada dirinya seorang? 

Tentang kejujuran, di sini alunan hidup tak tentu, mengairi segala angin yang berhembus dan aku masih saja dibuncah kegelisahan. Sedih yang tak nampak pada perpisahan lalu berhutang air mata pada tiap malamnya. Di sini Mars, begitu dingin dan sepi hanya ada debu dan gambaranmu pada jejak-jejak dahulu. Aku masih memakai teropong ini dan memantau keseharianmu, meski tiada satupun kegiatan yang kau pajang namun aku selalu meneropong, bahkan balasan cintamu ke kekasihmu itu “Iya aku masa depanmu”, seketika hatiku berlumuran darah, apakah ini kefanaan itu? 

Dirimu yang sama sepertiku. Mencari arti bagaimana hidup ini lebih berarti. Tentang kecerobohan kita, tatapanmu, wajahmu bak rembulan sehabis hujan. Persis ketika perpisahan kita mengalunkan hujan dan saat itu ku kecup tangan mungilmu. Maafkan aku, aku tidak bermaksud. Namun tiada satupun cara yang ku mengerti agar meyakinimu bahwa denganku kamu pasti bahagia. Ya! Meski aku tahu, bila aku kalah dalam beberapa hal dari kekasih 4 tahun mu itu sama halnya dengan waktu, begitu tiada cacat ia di matamu. Tapi hati bukankah tidak pernah berbohong? Engkau hanya sayang dengannya namun tidak cinta? Sebab aku tahu di matamu masih ada sesuatu yang tidak pasti. Bahkan kau selalu bercerita seperti itu. Kali ini aku ingin jujur dalam hati yang terdalam segala inginku padamu. Bila di perjalanan pulang itu aku benar-benar ingin diam, merasakan aroma desirnya dirimu di belakangku, menikmati perpisahan yang pahit tanpa kata-kata, sebab aku tahu kata-kata pun sulit mempertahankanmu agar kau tahu bahwa denganku kau pasti bahagia. 

Ra yang manis dan senyum simpul dan tatapanmu yang indah. Aku selalu suka dengan segala cara yang kau lakukan, baik itu buruk atau tidak. Sebenarnya aku tidak ingin sekali pergi ke Mars dan menjauhi kehidupanmu. Aku ingin sekali engkau ada di sisiku dalam keadaan apapun, kita belajar bagaimana saling mencintai. Aku ingin kita sama-sama membuktikan mencintai itu bisa kita lakukan! Mari kita susun semua rencana yang kita punya dan saling mengkokohkan! Aku memilihmu. Apakah waktu sangat berpengaruh bagimu? Bisakah kau jujur pada hatimu kali ini saja? Maaf jika aku orang yang melankolis, darimu aku merasakan kasih sayang itu. Mengapa Tuhan mengirimmu untuk sebentar saja? Kita bisa saling membahagiakan bukan? Bisakah kau percaya denganku tanpa memikirkan waktu? Bukan kah waktu juga menjawab bahwa aku bisa hadir kehidupanmu dengan cara berbeda? Aku tidak ingin jauh darimu, aku selalu di sisimu. Mau kah kau arungi bersamaku arum jeram kehidupan ini. Jujur aku tidak mencari bahagia, sebab aku ingin menciptakan kebahagiaan bersamamu dalam aroma pedas manis kehidupan. Aku ingin merasakan itu semua bersamamu.. Bila memang kau mencintaiku, kirimkanlah pesan untukku dan engkau tahu caranya.. Percayalah pada Tuhan kita dipertemukan ada maksudnya. 

Begitulah hatiku yang ingin mempertahankan mu. Tapi perpisahan yang dilakukan kini juga merupakan bentuk cintaku padamu. Jika kau benar-benar memilihnya, caraku mencintaimu dengan perpisahan ini. Aku tidak ingin kehadiranku akan merusak cula cinta yang bertabuh dari kekasihmu selama 4 tahun itu. Percayalah aku menjelma udara yang kau hirup membuatmu semakin hidup, percayalah aku sedekat itu. Setelah ini akan kulantunkan risalah perjalanan pertemuan kita beberapa bulan ini bagaimana engkau masuk ke kehidupanku dan menjadi bunga yang selalu ingin kurawat dan kusiram. Meski aku tahu bunga ini tumbuh di kebun orang lain yang kelihatannya tidak berpenghuni.   Dariku, makhluk Mars. 



17.06.19 

Comments

Popular posts from this blog

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha

Review Film: Yowis Ben 2 (2019)

Yowis Ben 2 Dir: Fajar Nugros, Bayu Skak Film ini akhirnya berhasil mendapatkan sekuelnya setelah berhasil menkapalkan penonton hingga 100ribu-an dan memenangkan penghargaan di Festival Film Bandung. Kelanjutan dari Yowes Band pada lulus dari sekolah yang membuat para personel hampir bingung dengan masa depannya. Hingga akhirnya, Bayu dkk berniat untuk membesarkan bandnya dalam skala Nasional. Mereka bertemu dengan Cak Jon seorang Manajer (yang katanya) bisa membuat Yowes Band tambah terkenal. Mereka pun berniat ke Bandung dan 70% film ini berjalan dramanya di Bandung. Yowis Ben 2 sebenarnya memiliki potensi besar dalam menggali nilai kreativitas secara kultur sehingga film ini memiliki wacana yang jelas kepada penonton, apalagi dengan konsep berbahasa daerah. Sangat dibilang langka agar diterima oleh banyak orang. Namun penyakit sekuel film Indonesia masih di situ-situ saja, ya mungkin karena industri komersial yang sangat menomorsatukan laba. Untuk ukuran naratif cukup menghibur d