Skip to main content

Elegi kehilangan kata

Bila tak mengenal hari maka tak ku hitung perjumpaan kita. Dimana saling berpandangan tanpa jarak, menguatkan hanya lewat lisan di lorong doa. Bukankah doa mendekatkan? Dari ujung kemalasan aku berandai-andai.
Sekiranya kau perupa hujan yang ku sentuh kini, datang dari awan selatan. Akan ku buat sebuah kolam demi memandikan kehidupan dari hirup udara penatnya hidupku. Apakah rindu itu akan hilang?
Ku mainkan musik Payung Teduh, dengan segelas kopi sachetan hanya untuk memuaskan manis klise ini. Kopi seharga ribuan rupiah, hanya mengandalkan manis ilusi. Seperti gawai yang kugenggam ini, tidak ubahnya sebuah kopi sachet. Meski dunia berubah begitu maju, tapi tidak dengan rasa rindu. Kita bisa saja bersapa suara atau rupa melalui canggihnya gawai. Tapi rindu membaca itu hanya sebuah ilusi.
Ternyata rindu tidak butuh rupa, rindu tidak butuh suara. Rindu butuh yang lebih dekat daripada itu semua.
Bagaimana dengan yang sudah lama tidak bersapa? Akankah rindu menjadi bangkai? Adakah masanya? Seperti barang-barang yang memiliki kadaluarsa.
Rindu mungkin banyak tidak diinginkan siapapun, tapi dia akan menguatkan. Rindu tak bertuan.
Pada lepas hujan kini udara mendingin serta rasa malas masih menyelimuti.

Mredo, 24/11/17

Comments

Popular posts from this blog

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Bagaimana Jika?

"BAGAIMANA JIKA?" Dari sekian banyak kata, istilah, dan elemen yang membentuk kalimat, makna, rasa, emosi, serta menjadi penghubung dari satu semesta (diri) ke semesta lain. Mungkin aku tak bisa merangkai kalimat yang lebih baik dari apa yang sedang terpikirkan, tapi kuharap kamu mengerti. Ada satu kata magis, menjelma udara malam yang menemani banyak aktivitas dengan tatapan kosong: termenung. Frasa ini menyelinap tanpa permisi ke setiap khayal, lalu membiarkan kita membangun berbagai skenario di dalamnya. Frasa "Bagaimana Jika?" selalu banyak kuterakan dalam pola komunikasi dan khayalku, seolah menggantikan tubuh ini melayang di antara jutaan bintang-bintang. Bagi orang kota, "Bagaimana Jika?" adalah sihir pengusir waktu—saat di dalam kereta, atau sekadar menuntaskan hajat di kamar mandi. Bagi para peneliti, frasa ini menjadi kelinci percobaan dalam menemukan tabir dunia yang belum terungkap, yang kemudian mereka abadikan dalam nama penemuan-...

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha...