Sebagai pelepas pagi aku berada di tapal batas antara kenyataan dan kefanaan, Dari bibir ku mencipta kata tentang namamu, Tak henti menjadi sebuah ikatan janji, berikrar pada waktu dan ruang, Dari sajadah ku tengok sebuah kilauan emas dari setiap kilauan mentari menyentuh kulitnya, Terhempaslah aku menjadi angin terbawa ke arah matanya, melayang ke tujuh semesta, namun selalu ada namamu.. Dawai merdu terus melagu selagi aku masih di atas sini, hinggap memeluk bintang dan berkelana mencari pelangi di antara bulan, Kau di bawah saja dan teruslah melenggak lenggok puan, Aku bawa kau kelak menjadi merpati nan siap memakan sebagian hati dari pujangga fana. 23.08.17
Jika jarak, waktu, rindu bertumpuk jadi satu. Teruntuk Tuhan dan ciptaannya, tak dapat dirasa oleh mata dan diraba oleh sentuhan. Maka jemarilah yang bertindak mewakili isi hati.