Desember kian dekat menjamu daku, Gerimis basah mengairkan jalanan yang kering, Angin semilir terasa seperti debu, Daku berteduh sendiri tiada yang berpaling. Ada tanya dalam benak, Mengapa tajam pisau masih meluka jiwa? Hingga raga memuntahkan darah, Tak peduli apa, Hanya meminta bersama, Mengapa begitu busuk? Sedangkan kata dan pandang kian tajam tertusuk, Daku tahu jiwa semakin tidak menghamba, Tapi Tuhan, tetap ada dalam jiwa raga. Boleh meminta pada-Nya? Kalau bisa, aku ingin lebih dekat dengan-Nya, Seperti hujan yang membelai angin asmara. 28.11.16
Jika jarak, waktu, rindu bertumpuk jadi satu. Teruntuk Tuhan dan ciptaannya, tak dapat dirasa oleh mata dan diraba oleh sentuhan. Maka jemarilah yang bertindak mewakili isi hati.