Pada malam menjemput pagi, di sela-sela bintang bertahta mengiringi bumi. Aku terduduk sepi menyendiri menerpa rindu yang semakin tanpa arti. Diri ini beranjak dari kursi kayu yang tua nan pusat pasi, pintuku tertutup rapat seakan bayanganku pun hendak ku usir pergi. Kemudian datanglah seorang pria muda dari luar pintu memanggilku “Hey kau yang di dalam kesepian! kenapa kau masuk begitu saja? Mengapa tak kau nikmati surga dunia yang di berikan Tuhan malam ini?”. Aku terhentak lalu diam dan bertanya “Apa pedulimu bangsat! siapa kau menggoda dari naluriku ini? Mengapa tak kau nikmati sendiri surga malam dari Tuhan Yang Maha Esa.” Dia menjawab “Aku tak bisa menikmati surga malam ini karena aku adalah kamu dan kamu adalah aku. Wahai kau bujangan pecinta kesendirian, mengapa tak kau koyak ragumu lalu bantingkan risaumu!!” Ku terdiam lalu menjawab “Aku telah hilang dari sisi Tuhan. Aku tidak diperhatikan lagi, aku cemburu dengan mereka. Aku terbuang, aku ingin mencari perhatiannya kemba...
Jika jarak, waktu, rindu bertumpuk jadi satu. Teruntuk Tuhan dan ciptaannya, tak dapat dirasa oleh mata dan diraba oleh sentuhan. Maka jemarilah yang bertindak mewakili isi hati.