Skip to main content

Ingatan Film: Zone of Interest (2023)


Ingatan Film: Zone of Interest (2023)D

ir. Jonathan Glazer

Apa kalian terbiasa mendengar burung berkicau di pagi hari? Mendengar suara alam, merasakan damai...


Coba bayangankan kalau suara burung berkicau tersebut diganti oleh suara tembakan (bukan perang), teriakan, kata-kata intimidasi... Tapi tetap merasakan "damai"?


Yup, ini terjadi oleh keluarga Rudolf Hoss yang tinggal persis di samping camp konsentrasi di Auschwitz. Suara dentuman tak enak yang bikin penonton makin khawatir itu digambarkan dengan damai, meski tau di luar pagar rumahnya mungkin banyak pembantaian dan pembunuhan setiap hari.


Film ini mengajak saya untuk meneropong lebih dalam kehidupan sehari-hari keluarga Rudolf Hoss, kamera selalu menempatkan pada sisi Obyektif penonton, penonton seolah-olah mengikuti tanpa boleh ikut merasakan apa yang mereka rasakan, bahkan ketika film selesai.. saya masih merasakan keabu-abuan pada apa yang dirasakan Rudolf Hoss dan Istrinya. 


Gambaran cinematography selalu ditangkap pada posisi dead center dan golden ratio menambah kesan keindahan namun datar, sunyi, tak ada arti.


Sebenarnya kehidupan keluarga ini normal tak ada yg aneh tapi unsur kekerasa di luar rumah Ross seolah-olah menabrakan visual dan audio yang melahirkan simfoni ironi. 


Eksistensi kemanusiaan menjadi lebih ambigu. Kita melihat keluarga Ross hidup terasa penuh cinta dan memahami arti kasih sayang, namun di tempat lain ketika Istri Ross memperlakukan pembantu, atau Ross ketika menjadi tentara begitu sangat berbeda. 


Ibarat penyayang hewan tapi tak sayang-sayang banget dengan semut keinjak, cicak di dinding, atau kecoak di WC. Kita akan menyebut mereka hama, kita bunuh bahkan pembunuhannya terasa biasa saja tak perlu ada rasa bersalah.


Padahal Buddha pernah mengajarkan juga, jangan pernah merusak satu makhluk hidup dengan tanpa alasan, meskipun itu sepotong daun yang kau cabut hanya demi "kesenangan".


Penggambaran kemanusiaan normal berada pada adegan diskusi kepindahan Ross di pinggir sungai, sungguh kita bisa melepaskan atribut simbol sosial yang ada di mereka. 


Di sini juga ada reproduksi makna, dalam ontologis hermeneutika Gadamer juga, dibahas pemahaman lahir dari pra-pemahaman. Gambaran Ross dan didikan ke anak-anaknya menyeret kebiasaan anak-anaknya dalam ironi serupa, sehingga menjadi bentuk kebiasaan untuk mendengar pembantaian dan lain-lain. 


Makin ironi lagi, film ini rilis setelah penyerangan tentara Israel kepada pengungsi Palestina yang menunggu logistik bantuan bus, 100 lebih tewas. Harga makanan pokok termahal yang pernah ada daripada di Indonesia (meskipun tetep mahal!!)


- TAMBAHAN CATATAN FGD KAWAN -


Saya cukup puas menontonnya, serasa balik nuansa kuliah.. meski di menit-menit awal harus sukses menahan kantuk. Ada banyak semiotika yang tak bisa saya artikan, meskipun saya rasa, itu memiliki arti mendalam. Seperti pengganbaran sureal invert hitam putih, keluarga yang memberi buah diam-diam di tempat kerja paksa konsentrasi, dll.


8/10

Adios..

Terima kasih untuk teman-teman saya yang mengajak menonton "Sinema" ini...

@merry @hana @ajeng @Santi



Comments

Popular posts from this blog

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha

Review Film: Yowis Ben 2 (2019)

Yowis Ben 2 Dir: Fajar Nugros, Bayu Skak Film ini akhirnya berhasil mendapatkan sekuelnya setelah berhasil menkapalkan penonton hingga 100ribu-an dan memenangkan penghargaan di Festival Film Bandung. Kelanjutan dari Yowes Band pada lulus dari sekolah yang membuat para personel hampir bingung dengan masa depannya. Hingga akhirnya, Bayu dkk berniat untuk membesarkan bandnya dalam skala Nasional. Mereka bertemu dengan Cak Jon seorang Manajer (yang katanya) bisa membuat Yowes Band tambah terkenal. Mereka pun berniat ke Bandung dan 70% film ini berjalan dramanya di Bandung. Yowis Ben 2 sebenarnya memiliki potensi besar dalam menggali nilai kreativitas secara kultur sehingga film ini memiliki wacana yang jelas kepada penonton, apalagi dengan konsep berbahasa daerah. Sangat dibilang langka agar diterima oleh banyak orang. Namun penyakit sekuel film Indonesia masih di situ-situ saja, ya mungkin karena industri komersial yang sangat menomorsatukan laba. Untuk ukuran naratif cukup menghibur d