Skip to main content

Ngaji Filsafat: Semiotika (Ferdinand De Saussure)





Ngaji Filsafat: Semiotika (Ferdinand De Saussure)
Oleh: FF

Masih dalam ingatan saya mencoba membaca buku ilmu semiotika pada semester awal yang terbilang pada zamannya bacaan berat, tapi rasa penasaran saya akan sebuah makna dalam setiap simbol sangat kencang. Yah, meskipun saya juga pada akhirnya gagal paham juga haha..

Tapi seiring berlalu yang namanya bacaan dan tugas kuliah yang selalu terus-terusan jadi sedikit paham.

Ferdinand de Saussure menolak adanya pembahasan soal bahasa budaya dulu pada konteks sekarang. Sebab sudah tidak relevan dan kurang memberikan sumbangsih secara langsung pada budaya saat ini.

Bahasa itu bersifat strukturalisme, sebab dalam bahasa itu sifatnya turun temurun, arbiter dan simbolis sesuai obyek realitanya. 

Saya iuga baru menyadari bahwa semiotika itu juga ada beragam tipe sesuai dengan kondisi yang ada. Misalnya Semiotika deskriptif seperti layaknya lampu merah, simbol-simbol tersebut ada beserta arti untuk kebutuhan tata tertib lalu lintas. Kemudian ada juga Semiotika Natural, di mana semiotika ini berada pada seseorang yang selalu fokus pada dukungan pernyataan karena memiliki teori tersendiri (ngeyelan). misal pas demo tidak hujan, kita anggap itu anugerah. Tapi misal hujan juga dia menganggap hujan itu barokah dll (positif).

Dalam semiotika juga ada tanda, penanda, dan pertanda. Ada hal lain juga Langage, merupakan simbol dan arti pada komunitas itu hidup. Langue aturan dalam lingkup wilayah kelompok, dan parole aturan semiotika dalam artian personal (tanpa butuh gramar dalam berkomunikasi dengan orang lain, dan orang lain itu tetap paham). Ada juga diakronik dan sinkronik, paradigmatik dan sintasik.
Sekian, terimakasih.

Comments

Popular posts from this blog

Di Atas Motor

Sebab kau yang selalu berbicara, melalui hening dan hembusan angin di atas roda besi adalah bisikan termanis di dalam ruang dan waktu. 01-12-18

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black)

Review Buku: Sejarah Dunia yang Disembunyikan (Jonathan Black) Oleh: HSA Setelah satu bulan akhirnya selesai juga buku tebal ini yang menyamakan rekor oleh bacaan sebelumnya (Sejarah Tuhan/Karen Armstrong). Banyak situasi unik tentang buku yang saya bawa ini jika diketahui oleh teman-teman. Yup tidak lain tidak bukan karena sampul buku ini menggambarkan simbol-simbol "segitiga mata satu", terkenal dengan cerita konspirasinya. Banyak kerabat yang mengernyitkan dahi, atau menampilkan wajah keanehan terhadap buku yang saya baca ini. Saya tidak heran, sebab sebelumnya saya juga memiliki pandangan yang sama, "wah ini buku konspirasi besar sekali!!". Kalau dibilang betul sekali, bagi seseorang yang alur bacanya sudah mengenal simbol-simbol ini, pasti landasan empirisnya berpacu pada konspirasi dunia. Jika kalian suka itu, bacaan buku ini menjadi kitab besar "konspirasi dunia" MESKI.. setelah anda baca ini, anda mampu tercerahkan dalam beberapa ha...

Bagaimana Jika?

"BAGAIMANA JIKA?" Dari sekian banyak kata, istilah, dan elemen yang membentuk kalimat, makna, rasa, emosi, serta menjadi penghubung dari satu semesta (diri) ke semesta lain. Mungkin aku tak bisa merangkai kalimat yang lebih baik dari apa yang sedang terpikirkan, tapi kuharap kamu mengerti. Ada satu kata magis, menjelma udara malam yang menemani banyak aktivitas dengan tatapan kosong: termenung. Frasa ini menyelinap tanpa permisi ke setiap khayal, lalu membiarkan kita membangun berbagai skenario di dalamnya. Frasa "Bagaimana Jika?" selalu banyak kuterakan dalam pola komunikasi dan khayalku, seolah menggantikan tubuh ini melayang di antara jutaan bintang-bintang. Bagi orang kota, "Bagaimana Jika?" adalah sihir pengusir waktu—saat di dalam kereta, atau sekadar menuntaskan hajat di kamar mandi. Bagi para peneliti, frasa ini menjadi kelinci percobaan dalam menemukan tabir dunia yang belum terungkap, yang kemudian mereka abadikan dalam nama penemuan-...