Ingatan Buku: YaTuhan, lapar, gosong, doa. Oleh: adityoga & zhunia Sebelumnya terimakasih kepada @bacakuy_cafeandbooks telah memberikan wadah bacaan dan cafe di tengah-tengah gurun kab.Tangerang dalam hobi baca buku. Komunitas idealis nan santai di tengah terpaan surga materialisme, industrialisasi, dan hedonisme kab. Tangerang. Oh iya, saya coba balik lagi. Buku dengan bacaan dengan judul agak nyeleneh ini membuat saya sedikit tergelitik dan penasaran akan isinya. Bagaimana mungkin sebuah doa bisa menjadi puisi sederhana dengan sarat nilai interpretasi yang tinggi? Ya ini bukunya. Menggunakan bahasa yang sederhana layaknya kita berdoa setiap malam (kalau kita berdoa, dengan tulus ya!). Mengisi kekosongan dan teguran kecil tapi agak menusuk terhadap saya. Menggunakan bahasa sederhana, namun bisa dibedah layaknya puisi metafora. Seperti memakai komparasi air kobokan pecel lele dan air infus, membuat saya memikirkan bahwa sekiranya kita tidak benar-benar berbeda kelas, ta...
Jika jarak, waktu, rindu bertumpuk jadi satu. Teruntuk Tuhan dan ciptaannya, tak dapat dirasa oleh mata dan diraba oleh sentuhan. Maka jemarilah yang bertindak mewakili isi hati.