Pada rayu-rayu kata kemarin suntuk, sudah saatnya kau tertawa Pada seribu macam manusia Pada resah rasa tidak tentu arah Jangan bertanya, benak risau benalu! Sudah semestinya ku selami dalamnya lumbung cinta dari kelopak matamu Pun sudah kusesali maksud semua celotehan-celotehan tak bersuara Jangan bertanya pula fatamorganaku! Ini hanya selongsong peluru, Untuk tangan, tubuh, jemari, mata, dan tiap hela nafasku Jangan bertanya, tetaplah mengair, mengudara dan meresap Sebab selongsong peluru terus berusaha menembak 30.04.17
Jika jarak, waktu, rindu bertumpuk jadi satu. Teruntuk Tuhan dan ciptaannya, tak dapat dirasa oleh mata dan diraba oleh sentuhan. Maka jemarilah yang bertindak mewakili isi hati.