Aku ingat, ketika Rumi berucap tentang arti cinta. Seketika ku lupa aku merasa salah dalam mencintai Tuhanku. “Cinta adalah anugerah dari Tuhan yang diberikan kepada setiap manusia agar mereka bisa tahu bagaimana cara mencintai Tuhannya” Saya sadar, melati yang telah lama saya sirami bukanlah kesalahan saat saya mencintai putihnya. Perlahan ada rasa benci yang menelisik setiap tubuh ini. Mengapa bunga tersebut tidak seharum layaknya dongeng seribu satu malam? Saya pernah bertemu Soe Hok Gie, dan bertanya tentang apa itu cinta? “Cinta murni haruslah dibuang ke keranjang sampah” ucapnya. Dia tidak percaya dengan cinta sejati, menurutnya cinta adalah nafsu. Saya akhirnya menemukan seseorang yang sepemikiran. Kemudian, saya tidak menyirami bunga itu kembali. Kultinya menjadi kusam, batangnya lemah, harumnya perlahan pudar. Setega itu saya, esoknya kutemukan ia kembali putih dalam keadaan segar nan harum, batangnya pun tegak menantang. Hujan deras semal...
Jika jarak, waktu, rindu bertumpuk jadi satu. Teruntuk Tuhan dan ciptaannya, tak dapat dirasa oleh mata dan diraba oleh sentuhan. Maka jemarilah yang bertindak mewakili isi hati.