Pada akhirnya tiba perpisahan yang tiada terduga. Dalam alunan musik yang masih melantunkan Yiruma, masih pekat bayangmu dalam jiwa. Tiada arti dalam mengarungi samudera sendirian, lalu kau adalah yacht yang hadir di tengah pulau kosong. Mengenalmu benar-benar sebuah anugerah yang aku tahu seumur hidupku. Engkau membuat merasakan kasih sayang Tuhan dalam bentuk lain. Sekilas bola matamu yang indah tak pernah aku lupakan seumur hidup. Bila ini adalah elegi maka akan kugubah sedramatis mungkin. Sudah terhitung beberapa hari kau tak nampak di indera atau sepenggal pesan maya. Apa kabar dirimu? Bagaimana kabar adikmu yang akan dioperasi hari itu? Apakah engkau sudah lebih tenang dan fokus pada dirinya seorang? Tentang kejujuran, di sini alunan hidup tak tentu, mengairi segala angin yang berhembus dan aku masih saja dibuncah kegelisahan. Sedih yang tak nampak pada perpisahan lalu berhutang air mata pada tiap malamnya. Di sini Mars, begitu dingin dan sepi hanya ad...
Jika jarak, waktu, rindu bertumpuk jadi satu. Teruntuk Tuhan dan ciptaannya, tak dapat dirasa oleh mata dan diraba oleh sentuhan. Maka jemarilah yang bertindak mewakili isi hati.