Terlahir kita digaris surga rintihan Ibu, Segumpal daging dan pancaran purnama di wajah, Merengek tangis tanda alam darinya yang belum tersentuh dosa, Kini telah menua, menjadi dewasa, lapar..lapar.. Lapar kenikmatan surga dari dunia yang fana, Makan bukan tentang nasi, Lapar bukan tentang perut, Hanya ingin, Tidak lain, Demi nadi yanh nyata, mulut yang cemerlang, pandang beribu mata dalam genggam, Biarkan tetap menua, Inilah nasib menjadi manusia, Tuntunlah selama kalbu mencoba teduh atas kehadiran-Nya. 01-08-18
Jika jarak, waktu, rindu bertumpuk jadi satu. Teruntuk Tuhan dan ciptaannya, tak dapat dirasa oleh mata dan diraba oleh sentuhan. Maka jemarilah yang bertindak mewakili isi hati.