Ameliaku, basah sudah tanah ini disiram air dari langit, Kotamu berpandang-pandang beton kuanggap taman bunga, Angin barat kian terasa sebab tak ada yang tahu romansa masa muda kita, Mungkin pasukan kuda citra akan tertawa cekikikan dan berlari berputar-putar dihadapmu. Ameliaku, sudah tak berbekas jejaknya tersapu air, Langitnya gelap, bintangnya jatuh ditimbun pasir, Dalam khilwat, kotamu bukan lagi kotaku, Oktober yang menghapus, sawaq menguat, Habislah ritus kata-kata, berpendar menjadi kunang-kunang, Kadang menghias pada malam, siapa tahu ada orang yang menitip sayang. Amelia, hanya bunga mekar musim kemarau. 29.10.17
Jika jarak, waktu, rindu bertumpuk jadi satu. Teruntuk Tuhan dan ciptaannya, tak dapat dirasa oleh mata dan diraba oleh sentuhan. Maka jemarilah yang bertindak mewakili isi hati.