Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2021

Ingatan Film: Tersanjung (2021)

Ingatan Film: Tersanjung (2021) Dir. Hanung Bramantyo Tersanjung menjadi sebuah garapan film adaptasi bebas dari sinetron yang sukses mengaduk aduk emosi satu Indonesia pada zamannya, ya sekelas cinta fitri atau ikatan cinta kalau sekarang. Bercerita dari sudut pandang Yura mulai eksposisi pembangunan cerita dibuat VO untuk merangkum cerita serta mendalami tokoh utamanya. Yura harus menghadapi Ibu tirinya yang mau menyerahkan dirinya sebagai pengganti hutan ke orang kaya. Perjalanan hidup yang tidak mulus layaknya drama panggung teater tidak lengkap kalau tidak ada bumbu cinta. Oka dan Tian merupakan sahabat Yura yang selalu membantu dalam segala permasalahan hidup Yura, yang tak dinyana-nyana mereka memiliki perasaan terhadap Yura. Tapi siapakah yang tulus? Nah drama film itu berkutat pada dua aktan, permasalahan hidup Yura dan Kisah cintanya. Pros. Ada beberapa yang saya amati dari perjalanan cerita film Tersanjung ini. Hanung Bramantyo sebagai penulis merangkum sinetron yang puanjan

Aku di tengah Samudera

Aku di tengah samudera luas di antara lautan bintang di atasnya, Menerka dan meraba cahaya di setiap horizon, Mencoba membayangkanmu di antara dua mataku yang tidak pernah bisa menembus ke dalam matamu, Waktu hanya mencoba merangkum hidup serta udara yang ku hirup di tengah samudera masih sama, Setiap vena, nadi, dan darah yang berdenyut adalah jelaga saat kau nampakkan senyum saat pertama kali, Aku hidup, tubuhku berucap. Masih di sini, di tengah samudera tanpa ombak lautan hanyalah hamparan air yang tidak bernafas, Serta udara hanyalah sebuah tiupan yang hanya mencoba mengibas rambutku, Tidak ada lagi bahasa-bahasa dan kejorahanyalah aksesoris mata tanpa ada sosok pundakmu, Sedang aku berusaha berlayar di tengah kegamamangan, Di antara samudera hati mu yang tidak tentu. Aku masih berlayar, dan masih berlayar 13.04.21

Ingatan Buku: Kamus Para Pecinta

Ingatan Buku: Kamus Para Pecinta Oleh: Nizar Qabbani Membaca buku puisi seperti menerka dan mendalami lautan jiwa seorang penulis tersebut terhadap refleksi kehidupan mereka. Nizar Qabbani membawa saya untuk mempersonifikasikan perempuan serta tubuh-tubuh perempuan menjadi sebuah ekstase keindahan semesta, apalagi dalam perihal cinta. Wanita memang menjadi sebuah estetika hidup sendiri bagi laki-laki ia mungkin rangkuman rohman-rahim yang dapat disentuh dan dilihat. Nizar Qabbani membuat puisi ini sampai bagian-bagian alat vital namun tidak terkesan mesum. Kurangnya dari buku ini ialah terjemahannya yang sangat kaku dan terkesan mengurangi nilai orisinalitas puisi qabbani itu sendiri Terima kasih.

Puisi

Sedang iramanya mengalun, Udara subuh jelang fajar masih mengaduk, Selimut matamu menutup dan menghangatkan diri. Teringat masa-masa itu, saat kita masih berdua bertatap candu. Meski sedetik kita berpapas, beranak pinak senyum mu dalam benak, Kemudian matamu masih melahirkan puisi-puisi. 08.04.21

Menjadi Pejalan

Aku mengembara menjadi pejalan, Tak pernah sepotong bintang kulihat pada langit di dalam perjalanan. Aku tidak tahu jadi apa kehidupan lautan, juga padang pasir, atau buaian senja pada pantai itu. Di perjalanan aku tidak menemukan apa-apa. Sungguh, aku tak menumukan apapun di dalam perjalanan. Jika muasal dalam semua penemuan adanya pada dirimu, Kekasih. 06-04-21