Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2016

Rindu Tuhan

Boleh hari ini langit tersenyum senang? jika Tuhan mengijinkan. Benalu tersingkap dalam lara pada siang ini.  Aku yang berkehendak,  meski Tuhan tidak mengijinkan. Bedebah macam apa ini?! Mewah-mewah mereka kenakan,  tak semewah apa yang mereka perbuat.  Macam apa aku ini?  Hanya pendiam yang hanya bisa mencuri pandang?! Tuhan Maha Kaya,  mengapa aku harus merasa kaya? Apa yang aku punya? Aku hanya hidup hanya dalam bayang,  bayang yang semu, mati, dan menjadi tulang berulang. Aku rindu kasihmu ya Allah, Tuhanku..

Tidak Indah

Ubin tak berumput, Sendalku tak menginjak tanah, Nadi ini semakin menciut, Karena hatiku sedang bernanah Indah hari ini, ada yang tak menyetujui.. Aku tak indah hari ini. 

Tak Elok Hari Ini

Tak elok hari ini, mataram Hembusan nafas dunia ini menyejukkan, Tapi tak elok pada ku kali ini, Aku seperti kenari kecil terusir dalam bayangan, Menghempaskan sayap dalam sangkar, Sungguh tak elok, Temanku di luar sana,  bermain dengan ciutan manisnya, Senyum tak terlontarkan dari bibir ini, Mungkin sungkan karena kemarin, Mereka menjebakku.. Aku tidak seperti itu, Hanya seperti ini, Seperti burung kenari, Tinggal di dalam sangkar. Maaf diriku sedang tak lagi mau tersenyum,  apalagi menyapa? Aku malu Karena diriku seperti kenari..

Pagi Yang Menakjubkan

Dari pagi saat ku terbangun, Ku temukan sosok embun membangunkan dari tidur yang lelap, Menggoda lelap teringat rindu, Ia yang telah terbangun kemudian terbang, Senyum yang selalu ku ingat dari hari ke hari, Adalah kesemuan yang terdapat dalam angan yang semakin pasti, Jika pagi ini adalah suatu kepastian, Maka sudah cukuplah aku menikmati kesemuan, Dari embun yang membasahi keningku kini, Semakin dingin, Membeku, Pada suatu hari nanti ketika waktumu dan Waktuku menyatu, Hal yang paling logis adalah, Mencintaimu kemudian melepasmu dengan senyuman 17.10.16

Waktuku

Waktu ini adalah milikku, Waktumu adalah milikmu, Waktuku bukan waktumu, Waktumu menghepaskan aku, Waktuku kini menemaniku, Tak ada yang sama. Waktu yang menjerumuskan kita. Waktu yang menjauhkan Waktu yang memberi ruang, Waktu juga yang mempersempitnya, Sekarang hanya ada belaian angin selatan, Ku terselimuti oleh suara burung nuri, Meski malam sendiri menghinggapi, Tapi diri ini selalu menemani raga. Waktu kita sudah berbeda, Mungkinkah nanti kita bertemu di waktu yang sama? Namun dengan keadaan yang berbeda? Waktuku semu dalam rindu, matipula karena waktumu. 14.10.16

Malu, Aku

Pagi ini tak terlalu cerah karena matahari masih mengumpat malu, Malu,  semalu diriku yang hilang di permata indah matanya.. Hari ini,  tidak ada aku.. Karena aku telah ditinggalnya.. tepat tiga tahun yang lalu.. kini ia terbang.. tak peduli.. karena aku sudah tak ada lagi.. atau mungkin, aku egois dan tak ada lagi sayap untuk bercinta kini malam masih panjang.. dan aku telah mati.. dihatinya

Musim Hujan dan Cinta

Musim hujan mengganti semi, Tiap gelap ia berani hadir,  ketika cahaya yang sedang mengumpat, Ku cari,  dan terus mencari di sela-sela langit. Kutemukan!! Ia yang kucinta.. Nan manis dengan gemulai cahaya bintang. Sungguh ku terus melompat agar ia kuhinggap, Tapi nian cahayamu yang menerpa wajahku malam ini.. Tak kuasa kau ku miliki.. Karena kau terlalu tinggi,  ataupun terlalu jauh.. Bagi pangeran gelandang, biarlah cinta yang mencontohnya. Hai kamu, ini aku.. Harus bersandar dibahu langit,  atau selingan doa waktu maghrib... Bahwa kau.. Kau..  adalah cintaku Meski kau terlalu jauh ku hinggap,  atau aku terlalu rendah tuk berdiri.. Bahagialah kau cahaya malam.. Datanglah ketika padi, rumput,  dan pohon bersuka cita dalam canda tawa.. Selain hujan.. Jangan hujan!!! Karena ku masih,  memilikimu dalam lelap malam.. 02.10.16