Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2016

Aku masih Dirimu

Pasar Dadakan

“Tahu bulat digoreng dadakan lima ratusan..gurih-gurih enyooyy!" Begitulah suara yang sering saya dengar setiap hari. Saya pikir Tukang tahu bulat yang sudah berevolusi ini hanya ada di Yogyakarta, tempat saya menimba ilmu. Tapi ternyata sudah menyebar di seluruh daerah. Jingle yang sangat sederhana dan terkesan polos mampu menyihir setiap masyarakat yang mendengarnya mulai dari kelas bawah sampai kelas kreatif. Nah, mungkin kalian juga ga asing dan selalu terngiang-ngiang dengan jingle andalannya ya kan? Tapi disini saya gak akan bahas bagaimana sejarahnya Tukang tahu bulat bermobil pickup terbuka ini bisa sangat fenomenal. Justru hal yang menarik ada di dalam lirik berupa kata “Dadakan”. Terkesan biasa-biasa aja, tapi saya seperti merasakan sesuatu yang harus ditelisik. Apalagi meme di Iatas juga cukup mengganggu pikiran saya.   Menurut KBBI Arti dari dadakan adalah: [da.dak.an] Nomina (kata benda) sesuatu yang dilakukan secara tiba-tiba. Nah saya langsung aja ma

Selamat Hari Rindu

Di aspal istimewa kini ku bergelut akan angan, Ramainya kini bersanding dengan rindu, Aku masih duduk di atas besi yang membeku, Disini masih ada lamun, Bercerita tentag malam, Yogya, dan Kamu. Selamat Hari Rindu. 23.05.16

Kehilangan Cinta

Hilang, hilang aku kehilangan. Cintanya terhempas oleh badai jalang, Terkoyah rindu ini menjadi remukan pasir pantai, Nyata, ini sungguh nyata, Tiada cinta lagi yang kudapat, Hanya rindu yang menepi, meski perlahan mencoba pergi, Mercusuar cinta roboh terkena ombak pilu, Tiada lagi yang tahan. Aku? Hanya pecundang sejati dan selalu berteman sepi. Kehilangan sebagai teman, Sakit seakan menjadi bantal, Tak apa! Asal tempat ku menatap nan kukasihi selalu tersenyum dengan anggunnya. Demi dia, mereka, dan hidupnya, Ku menjadi awan putih yang hilang terbawa angin sepi. Sendirian dan kehilangan. 26.05.16

Andai Besok Kiamat

Jika esok adalah hari kiamat. Aku akan berlari sekarang mengejar tiap bayangmu selagi ku bisa. Ku hirup tiap udara nafasmu kemudian ku hembuskan kembali. Agar runtuhnya semesta tak merobohkan engkau bidadari perupa cantik. Tuhan Maha Mendengar, maka ku berdoa dalam hening yang sangat hening. Ku biarkan semua doa mengalir bak sungai yang hanyutkan dedaunan hijau yang jatuh di dekat muara air. Mengalir ia sampai deras, basah pipi mengalun syahdu, tiba ia terhenti hingga pantai perupa hati. Hati kau dan aku yang kemerahan membumbung tinggi. Kau gadis suci nan perawan, akan ku jaga kau bak cangkang yang merawat mutiara berkilau. 22.05.16

Merindu Dalam Gila

Malam bercerita pada renung, batin mencuat tentang ia yang dekat dalam jarak. Pahami, bunga sakura mekar pada musimnya, tapi cinta mekar dengan sendirinya dan tidak ada musim yang mengakhirinya. Sekelebat bayangmu menghantui di sela-sela renungku. Rindu memberontak bagai serigala liar yang lapar. Aku mau bertemu, denganmu.. Sungguh ku merindu dalam gila. Perlahan awan barat membisikkanku akan dia yang tak ingin tahu tentang salam suci dari jiwa yang terdalam. Aku seperti Qays yang sayapnya patah tak pernah mau terbang. Aku merintih, hanya ingin melihat bayangmu. Aku mencintaimu meskipun dalam ilusi. 26.05.16

Ratu Rindu

Biar kulihat merah meronamu cantik. Kusimpan dalam hati yang tak berputri ini. Adalah kau permaisuri atas singgasana. Kau ratu rindu kini tetaplah pakai mahkotamu yang indah berlumut berlian. Sekiranya waktu menghujam jantungku kelak, atas nama sang Maha Kuasa. Ku biarkan kau ke singgasana lain. Biar cintaku berlayar di tengah samudera rindu. Perempuan, tetaplah disana ku jaga kau dalam cintaku yang berselimut sutera lembut dari bintang malam. Kau, jagalah aku pula. Atas nama cinta dan ibadah. 26.05.16

Jiwa Aku dan Engkau

Jauh ku tentang engkau yang resah akan benalu. Masih ku pendam semangat itu, dawai-dawai syair pun berdendang di kedua telinga. Melagukan tanda rindu dan semangat akan ragamu. Esok aku akan kembali terbangun dengan jiwa yang baru dan tentang kebahagiaan antara aku dan kamu. 30.05.16

Tersisa

Bangunan mengotak, Perasaan terhentak, Daun gugur berserakan, Semua hilang, Hanya dia yang tersisa.. 09.06.16

Maaf, Pelita Hati

Jejak di atas pasir putih memercikkan tanda arti. Tiap langkah mengukir memori, aku memeluk semesta dari langkahku yang terus memutar di atas kepala. Resonasi pancaran violet dalamnya berpelukan dengan ingatan malamku. Sejak ia duduk bersama bagaiku berjalan di atas lentera, sampai ia terbangun lagi tumpah ruah aroma wangi. Aduhai wanitaku kapan kau duduk kembali? Sampai sore berteman lagi, ia kembali. Tapi usang kursi ini membuatku tak mau ia duduki kembali. Biar kursi ini berkarat, aku tak mau kau terluka, apalagi bernoda darah. Meski kursi ini untukmu. Akan kupersilahkan jika kursi ini berselimut sutera dan berlapis kapuk, atau carilah kursi yang lain. Menghangatan kamu dari dinginnya sepi.  Maaf pelita hati , aku bukan lentera pagi. Aku hanya teman di kala malam menghantui. 31.05.16