Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2016

Jemar-jemari Lentik

Jemari-jemari lentik pengusir sepi, Diantara napas terus ku jamahi, Tentang cinta dan rindu, bahkan duri tajamnya mawar, Karena cinta manusia berada, Karena ia sebagai penyeimbang dunia, Karena pada dasarnya manusia adalah jelmaan malaikat berkain sutra merah, Siapa peduli? Karena dunia sudah begitu sukar rasa terhadap cinta. Namun cinta tetap berjalan sampai dunia menemukan ujungnya. 01.30.16

Kata Sajak

Kata yang membuat lara menjadi indah, Bait demi bait yang mampu mengubah semuanya, Titik dan koma menjadi selaras kata hati, Semua ada diatas kertas putih yang bersih ingin bersuara, Dengarkanlah, pagi tertatih bersama tenggelamnya fajar, Menunggu sampai malam kembali, Bersenandung pilu namun merupa lekuk senyum, Biarkan aku berkata lewat tinta hitam tak berdosa, Sampai mereka tahu, masih ada titik untuk menepi, Berpijak menanam bahagia sejati, Lewat jemari-jemari yang kadang berdosa dan mati, Sampai itu jadi, biarkan itu menjadi cerita hidup, Kisah sajak tak berarti, Menanti senyum, kemudian tenggelam, Habis, sampai kau mati.

Mimpi dalam Angan

Lagi, Aku bermimpi akan hidup dari lingkungan bulat, Terdampar di pulau impian, berbutir bintang cahaya rembulan, Aku datang, Sebelum apa yang aku impikan jatuh di tengah lubang. Fajar datang bersama kenangan indah tentangnya, Dalam perjuangan aku berlayar dengan perahu, Dalam tidur aku bernafas dalam waktu yang sempit, Sediakala aku tersenyum. Itu tujuanku, itu harapanku, Sampai nanti senja itu datang lagi, Aku tersenyum di atas bukit yang penuh lumbung, Cinta dalam benak di depan pelupuk mata, Tetap tak kunjung ku hinggap. 11.03.14

Melamun Pagi

Aku sedang melamun, Menuang rindu di tetes embun pagi, Tertidur dikala menatap indahnya, Hingga aku berlari, Mengejar mentari yang ada di pelupuk mata, Hingga ku gengam cinta, seperti ia.. Seperti seharusnya sampai nanti..

Jelmaan Hati

Pencari ku mencari, Tiap jejak tatap tipismu terus kucari, Sampai ku duduk di bawah pohon rindang dan memandang hias putih bayangmu yang lalu, Semenjak itu kau dan aku berada dalam benalu, Karena jarak yang tak menentu. Siapa pula kau wanita berkerudung merah muda, Sekilas ku menengok, tiba-tiba ku mengais tiap bayangnya.. Apa kau jelmaan dia? Yang berpura-pura diam meski hanya sebelahan. Tapi perlahan ku memastikan, Itu bukan kau yang aku bayangkan, Ilusiku mulai mengkristal dan mencoba bermain menjadi harapan.. Tetap pada hal ini, Ku tetap melangkah pergi, Meski ku berlari, kau masih menguasai sepi.. Dasar, si pemilik hati! 27.1.16

Rendi Story (Terbisik 3)

Seperti pagi-pagi lainnya, Rendi menemukan semangat baru di tempat baru. Monika mampu mengubur setiap kisah asmara pilu yang dirasakan Rendi. Rendi hari itu seperti biasa berbincang-bincang dengan Monika. Rendi dan Monika tengah asyik membicarakan kisah perkuliahan.  “Ren, ngomong-ngomong ngeselin juga ya dosen kaya gitu haha..” ucap Monika sambil berjalan disamping Rendi dan tertawa. “Haha iya, kamu juga kan. Tapi menurutku kalo kamu, bukan dosennya yang galak, kamunya yang cari perhatian haha..” ledek Rendi sambil menatap Monika yang tertawa manis. Rendi menatap Monika dalam-dalam. Tawanya Monika seperti memberikan setruman yang membuat Rendi diam terpana. Rendi diam sejenak dan berhenti dalam jalannya. Dia tidak sadar bahwa Monika mulai kembali diam dan heran dengan tingkah laku Rendi. “Ren? Mulai lagi lo?” tanya Monika heran. “Eh, gak Mon. Mon gw mau ngomong sesuatu sama lo” ucap dia kembali dalam lamunannya. Dia tidak sadar telah berbicara s

Kecapan

Kata terucap, Tertutur dengan sisipan makna ditengahnya, Merubah lumbung padi semakin merunduk, Dengan panjang, garis dan bengkok menjadi berbelok Bertatap dengan candu yang memanjakan, Kata itu terus terucap, Dengan seribu makna di bibirnya, Dengan liur, yang masi mengecap, Terus deras sampai habis. 07.12.14

Antara Manusia dan Sore

Sore berjanji menenggelamkan hari dengan lembayungnya, Menatapku dengan sebuah kepastian, Terduduk ku di pelantarannya, Mengadu, Kau terus mengadu, Bercerita tentang kabar darinya, Perlahan kau menenggelamkanku, Dikala adzan mulai berkumandang, Dia kembali, Sebuah hening yang mengiringi, Menelisik dan masuk ke dalam sanubari, Sampai hari ini, Kesendirian tetap menjadi pasti, Untuk mengejar mimpi, Atau berlari? Dari sebuah kepastian. Keburukan yang perlahan menghinggapi, Masihlah Tuhan yang menjaga diri ini, Dari banyaknya dosa yang menghinggapi.

Berbicara dalam Diam

Jejak.. Setapak.. Mencari kepastian, Dari dalam diam semua berkata, Dalam sunyi dia berteriak, Sampai habis suaranya, Beranjak bangun, kemudian mati! 2014

Doa Pagiku

Tuhanku, Pagi ini aku kembali hidup, Dari kematianku tadi malam, Darah-darah kotor itu terus menguap, Menjadi sebuah dosa, Hambamu ini pembuat dosa, Hambamu ini pengharap surga, Mataku ini kadang gelap gulita, Tuhanku, Pagi ini terus kuucap doa dari selatan, Menjadi jiwa yang baik meski meringkih menaham beban, Tuhanku, Kau yang selalu berpijar dalam hati, Berharap wangimu menyerbak dan membersihkan dosa disetiap nadi, Tuhanku, Hamba pemohon ampun. 22.10.15

Rendi Story (Terbisik 2)

Kegiatan baru Rendi sekarang bertambah, biasanya dia hanya mencatat agenda baik kalender atau pun selembaran sticky note berupa tugas-tugas kampusnya. Namun sekarang, dia menambahkan untuk mencari tahu sedikit demi sedikit kebiasaan perempuan yang ia sukai. Mulai dari berangkat kuliah bahkan kebiasaan memakai baju, dia hampir hafal. Warna Oranye, adalah warna kesukaan wanita tersebut. Beberapa hari terlewati, dan pagi ini Rendi harus bergegas, karena ia hampir telat menuju kampus. Padahal jam perkuliahan di mulai jam delapan, namun alarmnya terpasang pada pukul tujuh. Sengaja ia memasangnya, karena tiap pagi Rendi harus “berpapasan” kembali dengan Monika. Ia berjalan sedikit tergesa, hanya takut jika Monika sudah berangkat duluan. Hingaa sampailah dia di depan kost-kostan Monika. Pria dengan tinggi 165 cm tersebut, berhenti dan melihat kost-kostan tersebut, mencari Monika. “Apa dia sudah berangkat ya?” Gumam Rendi dalam hati. Pasrahlah dia, berjalan ia tergontai campur le

Ramai

Tengoklah aku, memandang tuju dengan fokus, Beramai tempat tak berpupus, Berbicara bak sang raja di laut, Aku seperti manusia yang hilang ditengah kabut Persetan sepi, Pecundangi sunyi, Aku berada ditempat, yang tahu ini adalah hal baru, Semuanya berbicara bersatu padu, Hingga akhirnya, pulau senyap menjadi lembut, Berbunga mawar tak berduri tajam, Sampai senyum menjadi angan, Ramai. 08.09.14

Malaikat Pagi

Pagi selalu punya cerita untuk cinta, Aroma embun selalu berhembuskan seribu cinta pada manusia, Bunga mawar mekar setelah layu dalam sendu, Wanita-wanita malam pun pulang dengan pandangan maut. Seribu malaikat turun berbagi cerita atau sekedar mencabut nyawa, Aku menjadi satu not nada di kursi pojok kelas, Mencoba bermain-main dengan rasa, Kemudian heningku perlahan pergi, Dan tak kembali, Sampai nanti malam datang lagi. 16.09.15

Pagiku Kembali

Jejakku tertanam dari tiap langkah kakiku, Yang enggan untuk bersapa tuan, Dari pagi yang selalu gelap menarikku, Kembali terang, Sampai pagi, Selamanya pagi, Akan selalu pagi, Dari Tuhanku, Tuhan. Pagi terus menjadi Pagi 21.10.15

Rendi Story (Terbisik 1)

Musik merupakan bagian melodi dari kehidupan manusia. Musik tidak hanya sekedar nada-nada yang sengaja terlantunkan tanpa makna, melainkan dia memainkan hati melalui pendengaran manusia. Musik juga bukan sekedar musik, karena musik, kita tidak hanya mendengarkan sebuah nada, melainkan mendengarkan kenangan-kenangan kita terdahulu. Mungkin itulah mengapa Rendi menyukai lantunan musik Instrumental balutan khas Yiruma dan lain-lain.  Sejak pertama masuk kuliah Rendi lebih sering memutar lagu-lagu tersebut. Karena musik tersebut memiliki arti tersendiri baginya terhadap cinta pertamanya saat masa-masa sekolah. Ya, Rendi terkenal kaku terhadap cinta pertamanya jangankan mendekati, memandang saja merupakan anugerah baginya. Sampai saat ini perasaannya masih tersimpan dan belum tersampaikan.  Tahun 2013, merupakan tahun semester pertama Rendi menginjakkan kaki di kampusnya. Ia berkuliah di Kota Pelajar, jauh beratus-ratus kilometer dari tempat asalnya. Saat itu dia hanya i

Tuan dan Lembu

Aku pernah melihat, Seekor lembu berlari riang di tengah ladang. Berpura-pura riang di bawah teriknya siang. Sang Tuan duduk berselanjar dibawah pohon yang rindang. Siapa pendosa? Lembu yang bercucur keringat, penuh peluh dan dosa. Surga terus menjadi pikirannya. Lembu bodoh dan tolol. Sang Tuan merasa Surga. Dari Lembu yang berusaha, Atas nama cinta dari Tuan pendosa. 13.10.15

Merpati Pagi

Nafas yang berhembus pagi ini menyerap makna tanpa arti, Kau yang berada ditatap tipisku, Biarkan aku menyerap mimpi ini semakin nyata, Merpatiku, Masih mengepak sayap yang sama, Sepertiku terbangun sebelumnya.. 11.16.15

Bukan Puisi

Malam bernyanyi sepi pada hari ini.. Tiada kesan yang berarti.. Hanya beberapa manusia yang sibuk dengan rasa melankolisnya.. Mengetik dan mengetik tanpa arti.. Tanpa harus kau mengerti apa arti semua ini.. Otakku membeku pada satu kata indah yang enggan ku mulai.. Puisi macam apa ini? Apa harus ku tulis seribu jenis puisi seperti sebelumnya? Memulai kembali dari tahta terbawah lalu melompat ke singgasana rindu seperti kemarin? Kau sebut sampah apa ini? Dia terus datang dan menghantui Ini Rindu.. Rindu yang menguap dan membanjiri otak yang membuatku kelu Mampukah aku bertahan? Dari rasa yang sama? Atau ku mulai lagi dari perasaan hampa? Aku yang tak mengerti arti puisi.. 19.1.16

Malam

Malam.. Aku ingin bernyanyi untuk senyumnya.. Memainkan melodi disaat hatinya ringkih.. Menjadikan selimut didinginnya hujan.. Malam.. Bisa kau sampaikan kasihku padanya.. Dan kurangkul indahnya di rasi bintang yang paling indah.. Dan bintang.. Aku pernah ada dikisahnya.. kisah yang tak mungkin terganti oleh lembaran kertas kehidupan.. Dan aku ingin melanjutkan kisahnya.. sampai tapal batas pelangi yang abadi.. Untuk cinta,engkau adalah kisah yang tak habis ditelan malam.. Karena seluruh nadi ini mengacu dari hati yang terdalam.. Bahwa engkau adalah samudra keindahan.. 24.2.14

Blind

Pagi ini siang berbeda,terlalu  panas untuk kupeluk Malam ini sangat berbeda,terlalu dingin untuk dirasakan Tetapi mengapa dia tak pernah berbeda? Tetap pada senyum yang mampu mengiris langkahku Hingga terpaksa aku berhenti untuk mengecupnya Tapi mengapa dia tak pernah berubah? Tetap pada kasihnya yang membuat mataku buta Hingga terpaksa aku harus dirangkul menuju taman cinta Tapi mengapa dia tak berganti? Tetap dan selalu yang terindah yang pernah ku terima sebagai anugrah.. 3.5.14

Diantara Pagi

Teruntuk Hati.. Biarkan kau menari riang menjelang pagi, Bahagialah engkau yang memulai hari tanpa pernah mati mencaci Seumpama ada waktu singkat yang membahagiakan engkau? Dari sebuah peristiwa indah atau kabar dari hilangnya nestapa.. Kau yang bernama hati.. Jagalah dikala sendiri, Dari terpojoknya oleh lara.. Kau hati.. Bantulah tersenyum, Untuk sekedar bersandar dari dunia fiksi..

Bermain Rindu

Dalam rindu yang tak bertuan, aku terdiam di sore senja.. Teringat pada perempuan berparas manis, dengan bayangnya yang kupunya.. Bermain, bermainlah.. Dalam keadaan cinta yang lemah.. Sebatas ku bertatap rindu masih saja ku terpukul rasa sepi.. Sepi yang menusukku dengan caranya sendiri.. Namun sebuah takdir yang menentukan.. Sepasang kekasih yang akan bertemu lagi.. Dan saling berpegangan tangan.. Sambil menikmati fajar dipagi hari 17.1.16

Bunga Merah Fajar

Aku teringat.. Kala senja mengucap kata.. Seorang yang merindukan purnama.. Aku teringat… Kala mentari mengumbar keangkuhannya.. Saat aku terdiam melihat dan membayangkannya.. Sepi yang memeluk asaku, memendam inginku jumpa denganmu.. Cumbu aku.. Langit yang mengantarkan pesan padanya, merah merona malu terhadapnya.. Menyentuhmu dengan tatapku.. Bunga merah fajar di pagi hari.. Aku merindukannya.. 7.15.15